UPT Pusat Bahasa Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Pacitan menggelar diskusi dengan tajuk Strategi Listening TOEFL bersama Indah Puspitasari, M.Pd. yang berlangsung di Aula setempat, Jumat (08/12/2023).
Dalam kegiatan tersebut, Dr. Urip Tisngati, M.Pd. memberikan motivasi kepada para peserta bahwa belajar Bahasa Inggris itu menyenangkan. Selain itu, Test of English as a Foreign Languange (TOEFL) sudah menjadi salah satu syarat kelulusan mahasiswa STKIP PGRI Pacitan.
“Yang penting percaya diri aja. Semua itu berangkat dari kesulitannya sendiri,” ungkapnya.
Dirinya menyampaikan, sebuah keberhasilan itu ada unsur keberuntungan, sebagai manusia yang diberi akal harus berusaha dan yakin dengan kemampuannya. Jangan mudah putus asa, jika hari ini gagal bisa coba lagi karena sebagai manusia harus siap gagal.
“Semua itu berangkat dari kesulitannya sendiri, ketika memiliki niat dan ikhtiar untuk berusaha insyaallah tuhan memberikan jalan. Silakan menggali sedalam-dalamnya dan pulang membawa nilai-nilai positif dan bermanfaat. Jadilah jiwa-jiwa yang kuat, mandiri dan berdaya,” imbuhnya.
Selanjutnya, Indah Puspitasari, M.Pd selaku Kepala UPT Pusat Bahasa sekaligus pemateri menyampaikan dalam materi listening comprehension terdapat 3 bagian yang terkandung di dalamnya.
“Bagian pertama tentang short conversation/dialogue, bagian kedua tentang long conversation, bagian ketiga tentang talks,” terangnya.
Dalam kesempatan tersebut, ia menjelaskan tips dan trik dalam mengerjakan soal listening comprehension agar bisa mendapatkan hasil yang maksimal ketika mengerjakan TOEFL. Selain itu, ia berpesan semoga nanti teman-teman mahasiswa bisa mengupayakan minimal skornya 400.
“Tips mengerjakan listening comprehension, yaitu membaca petunjuk dan pertanyaan dengan hati-hati sebelum mendengarkan rekaman, membuat catatan singkat, mengingat bahwa akan ada ceramah atau percakapan yang menggunakan aksen bahasa Inggris British atau Australia, mencoba mendapatkan ide dari situasi yang didengar,” tambahnya.
Sementara itu dalam sesi diskusi, Indah Puspitasari, M. Pd. menjawab pertanyaan yang diajukan oleh Siti Ramadhani salah satu peserta terkait vocabulary yang sering muncul di bagian talks, sebenarnya tidak ada kata-kata yang sering muncul karena konteksnya berbeda-beda. Tetapi biasanya yang sering muncul konteksnya tentang perkuliahan.
“Harus memahami aksen dari English British dan Australia. Tidak ada cara lain yang bisa dilakukan selain belajar agar bisa menguasai,” tandasnya.
Setelah diskusi usai, Mulya Ayu Kurnia Fitri selaku peserta dari Program Studi (Prodi) Pendidikan Matematika (PM) semester I menyampaikan kesannya selama mengikuti diskusi baginya kegiatan ini sangat bermanfaat karena berisi tips dan trik untuk menghadapi listening comprehension saat mengerjakan TOEFL.
“Semoga kegiatan semacam ini sering diadakan dan lebih banyak tips dan trik yang dibagikan,” pungkasnya.