Program Studi (Prodi) Pendidikan Matematika (PM) menggelar kuliah umum dengan tajuk Indikator Sosial Kependudukan Kabupaten Pacitan Mewujudkan Masyarakat Pacitan Sejahtera dan Bahagia. Berlangsung di Aula STKIP PGRI Pacitan.
Nelly Indra Meifiani, M.Pd. selaku kaprodi menyampaikan hal tersebut merupakan suatu komitmen kampus dalam pendalaman ilmu statistik di lingkungan Perguruan Tinggi.
“Semoga kegiatan ini tetap berlanjut dan memberikan manfaat yang besar bagi semua pihak,” tuturnya.
Dengan menghadirkan pemateri dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Pacitan, M. Ishrohadi Darmawan, S.Si, MM dan Sony Puji Triasmoro, SST, MT. Keduanya menyampaikan materi mendalam yang berkaitan dengan tajuk kuliah umum sekaligus mempersiapkan mahasiswa dalam menyongsong Indonesia emas 2045.
“SDM merupakan salah satu unsur yang memiliki kekuatan besar termasuk mahasiswa yang perlu dikembangkan baik secara fisik, skill, karakter produktif dan kedisiplinan serta penguasaan IPTEK,” tutur M. Ishrohadi Darmawan,S.Si, MM selaku pemateri.
Dalam hal ini, kependudukan sebagai salah satu modal dasar dalam mencapai visi Indonesia emas 2045 yang didukung oleh faktor internal mulai dari kependudukan, modal manusia, modal sosial budaya, kekayaan alam, dan kekuatan negara kepulauan.
“Sementara faktor eksternalnya sendiri meliputi megatren 2045, geopolitik dan geoekonomi,” tandasnya.
Dirinya menegaskan dinamika demografi memengaruhi kesejahteraan penduduk melalui pembangunan sosial, ekonomi, dan lingkungan. Sementara kesejahteraan penduduk memengaruhi dinamika demografi.
“Mengacu dari hasil long farm sensus penduduk 2020 Kabupaten Pacitan, total fertility rate Kabupaten Pacitan sebesar 1,78 telah berada di bawah replacement level. Sedangkan penurunan angka kematian bayi dalam 10 tahun terakhir, yaitu mencapai 20 persen, menjadi 14,31 per 1.000 kelahiran hidup. Dan angka migrasi seumur hidup neto di Kabupaten Pacitan bernilai -23,26 persen,” jelasnya.
Sementara itu, Sony Puji Triasmoro, SST, MT menambahkan mayoritas tingkat pendidikan tertinggi yang ditamatkan oleh generasi baby boomer dan generasi X adalah SD/Sederajat, sementara tingkat pendidikan tertinggi yang ditamatkan oleh generasi milenial adalah SMP/Sederajat.
“Mayoritas penduduk berumur 15 tahun ke atas berpendidikan SD/Sederajat. Sedangkan lebih dari separuh dari penduduk 15 tahun yang berada di perkotaan berpendidikan SMP/Sederajat dan SMA/Sederajat. Sedangkan di pedesaan berpendidikan SD/Sederajat,” imbuhnya.
Di akhir sesi pemateri menegaskan dengan adanya bonus demografi harus dapat dimanfaatkan dan dipersiapkan sebaik mungkin, agar bonus demografi tersebut tidak berubah menjadi bencana demografi.
“Para mahasiswa utamanya panjenengan semua merupakan agen perubahan yang harus memberikan kontribusi yang besar dalam pembangunan dan bertindak sebagai booster di lingkup keahliannya menuju Indonesia emas 2045,” pungkasnya.