Gelar-Yudisium-Sarjana-Ketua-STKIP-PGRI-Pacitan-Tekankan-Mahasiswa-untuk-Kuasai-TeknologiGelar-Yudisium-Sarjana-Ketua-STKIP-PGRI-Pacitan-Tekankan-Mahasiswa-untuk-Kuasai-Teknologi

Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Pacitan menggelar acara Yudisium Program Sarjana (S1) Tahun Akademik 2023/2024 yang dilaksanakan pada Selasa, (27/8/2024) bertempat di GOR kampus setempat.

Yudisium S1 kali ini diikuti oleh 242 peserta dari 7 program studi yang ada di STKIP PGRI Pacitan, meliputi program studi Pendidikan Sejarah (PS), Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI), Pendidikan Matematika (PM), Pendidikan Bahasa Inggris (PBI), dan Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) terdiri dari 94 laki-laki dan 148 perempuan.

Pada kesempatan tersebut, Dr. Mukodi, M.S.I. selaku Ketua STKIP PGRI Pacitan mengucapkan selamat kepada yudisiawan-yudisiawati yang telah mendapatkan gelar sarjana pendidikan secara resmi setelah menempuh perkuliahan. Tentunya kesuksesan ini tidak lepas dari jerih payah orang tua, Bapak/Ibu dosen, Bapak/Ibu Ketua Program Studi, Bapak/Ibu staff dan karyawan kampus pendidik.

“Jangan lupa berterimakasihlah kepada mereka, dengan cara berbakti dan mengamalkan ilmu-ilmu yang diajarkan mereka dengan baik dan bertanggungjawab,” ucapnya.

Dr. Mukodi menyampaikan gelar sarjana yang baru saja tertera pada nama mahasiswa bukan sekadar atribut instrumental belaka melainkan gelar yang menuntut tanggung jawab atas keahlian yang dimiliki sesuai dengan jurusan yang ditempuh sekaligus cerminan yang semestinya dalam bertindak, berucap maupun berperilaku dalam keseharian.

“Untuk itu, berucap, bertindak dan berperilakulah yang bijaksana sesuai dengan norma-norma, perundangan dan nilai-nilai agama yang ada,” terangnya.

Beliau menegaskan bahwa di era saat ini tantangan kehidupan semakin berat dan kompleks, terlebih dengan adanya Artificial Intelligent (AI) atau kecerdasan buatan yang berfokus pada pengembangan teknologi serta dapat berperilaku, berpikir, dan bertindak layaknya manusia. Namun, perlu kita ketahui bersama bahwa AI tidak memiliki akhlakul karimah layaknya manusia.

“Maka beradaptasilah dan pakailah AI sebagai tools untuk mengefektifkan pekerjaan dalam berbagai aspek pekerjaan keseharian. Namun, harus diingat Saudara adalah subyek (pelaku), bukan sekadar objek,” pesannya.

Lebih lanjut, beliau menekankan kepada yudisiawan/yudisiawati untuk tidak khawatir atas kemajuan ilmu pengetahuan saat ini selama manusia masih memiliki akhlakul karimah, budi pekerti luhur karena teknologi AI tidak akan menggantikan manusia. Tentunya, manusia harus menguasai teknologi, adaptasi, kolaborasi, bekerja keras, tanggung jawab sebagai salah satu kesuksesan.

“Disamping itu, berbaik-baiklah dengan siapa pun, di mana pun dan kapan pun dalam circle kebaikan. Sembari dengan kokoh melaksanakan falsafah tuntunan Ki Hadjar Dewantara, ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani,” imbuhnya.

Di akhir sambutannya, Dr. Mukodi, M.S.I. berpesan kepada mahasiswa yudisium untuk senantiasa meraih mimpi yang lebih tinggi melanjutkan program magister maupun doctoral dan tidak berpuas diri dengan gelar saat ini.

“Harus dipahami, gelar dan jabatan tentunya bukan tujuan, akan tetapi, ia adalah jalan/jembatan menuju tangga kemandirian, kesuksesan dan kebermaknaan hidup,” pungkasnya.

Spread the love